Sabtu, 29 Oktober 2011

PASSING BAWAH

Gambar Lapangan Basket, Futsal, Tenis

Basket
futsal

Tenis Lapangan

Ukuran Lapangan Sepakbola

Lapangan Sepakbola

Kurikulum Sebagai Praksis


Praxis adalah suatu upayya untuk mewujudkan kesejahteraan manusia, perkembangan yang progresif dalam upaya memahami tujuan yang ditargetkan. Tindakan yang ditetapkan dan direncanakan, berlaku bijak dan jelas dalam keadaan yang praktis, nyata dam historis
Dalam pelaksanaan kurikulum sebagai praxis, elemen yang perlu diperhatikan :
1.      Ideologi yaitu seperangkat keyakinan, norma-norma, dan pola pikir yang menjadi kerangka untuk membuatt penjelasan tentang dunia ini
2.      Wacana adalah apa yang dikatakan dan ditulis tentang suatu topik tertentu
3.      Tindakan adalah pelaksanaan dari apa yang sudah dipikirkan

Kurikulum merupakan aktifitas praktik yang dilaksanakan pada kurun waktu dan tempat tertentu dan memperhatikan dampak kondisi sosial dan historis terhadap keputusan kurikuler. Teori dan praktek merupakan dua hal yang tidak terpisahkan dan saling berhubungan. Kurikulum dikembangakan lewat interaksi yang dinamis antara tindakan dan refleksi. Dengan demikian, kurikulum bukan hanya seperangkat rencana yang harus diimplementasikan, tetapi juga dihasilkan lewat proses secara aktif yang meliputi proses perencanaan, pelaksanaan, dan pengevaluasian seecara resiprokal dan terpadu. Teori-teori dan model kurikulummerupakan bagian dari wacana yang membantu pembentukan prakktik kurikuler. Teori kurikulum akan menjadi operasional lewat pemilihan atau pengembangan kerangka berpikir. Model kurikulum merupakan pola umum untuk membentuk atau menciptakan rencana program untuk jenjang pendidikan tertentu.
Para ahli pendidikan jasmani mempelajari teori kurikulum dalam rangka mengklarifikasi falsafah pendidikan seseorang, mengembangkan perspektif baru, dan meningkatkan keterampilan praktis dalam pengembangan kurikulum. Sifat dan kualitas program pendidikan jasmani masa yang akan datang akan tergantung kepada perkembangan sosial, ekonomi, dan politik dan tergantung pada komitmen dan upaya pelaksanaan tanggung jawab profesional untuk pembuatan keputusan kurikuler masa datang.

·         Struktur Kurikulum
Struktur kurikuluma dalah suatu susunan bagian-bagian yyang membentuk suatu bangunan yang sistematis, satu sama lain saling berkaitan, dan saling mengisi. Setiap bagian memiliki fungsinya sendiri-sendiri, dan tidak tergantikan oleh subsitem yang lain.
Menurut permendiknas nomor 20/2006 tentang standar isi, struktur kurikulum merupakan pola dan susunan substansi pembelajaran yang harus ditempuh oleh siswa dalam suatu tahapan/periode pembelajaran. Substansi pembelajaran terdiri dari mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri.




·         Komponen Kurikulum
     Komponen kurikulum tradisional
     Soetopo & Soemanto, 1993: 26-36) :
1)      Tujuan :
a.      Tujuan pendidikan nasional
b.      Tujuan intitusional/lembaga
c.       Tujuan kurikuler
d.      Tujuan instruksional

2)      Materi :
a)      Isi materi
b)      Struktur program
3)      Organisasi dan strategi :
a)      Struktur horisontal
b)      Struktur vertikal
c)      strategi
4)      Sarana dan prasarana :
a)      Personal
b)      Material
c)      Kepemimpinan
5)      Evaluasi
a)      Evaluasi tehadap hasil atau produk kurikulum,
b)      Evaluasi terhadap proses kurikulum.

·         Komponen KTSP
1.      Visi, misi, dan tujuan sekolah
2.      Struktur dan muatan kurikulum
3.      Kalender pendidikan
4.      Silabus Mata pelajaran

·         Hakikat Penjas
     Penjas adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang direncanakan secara sistematis bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan individu secara organik, neurooskuler, perseptual, kognitif, dan emosional, dalam rkerangka sistem pendidikan nasional.

·         Hubungan Penjas dan Kurikulum
     Hubungan Kurikulum dengan Penjas mengaji kaitan antara kurikulum dan penjas, terdapat dua jenis hubungan yaitu :
(a)   Penjas merupakan payung/wadah yang menampung kurikulum.
(b)   Penjas merupakan salah satu mata ajar yang terdapat dalam kurikulum.

Pengertian teori belajar konstruktivisme




Adalah teori perkembangan mental Piaget. Teori ini biasa juga disebut teori perkembangan intelektual atau teori perkembangan kognitif. Teori belajar tersebut berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar, yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa. Setiap tahap perkembangan intelektual yang dimaksud dilengkapi dengan ciri-ciri tertentu dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan
Teori konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide.
Menurut teori konstruktivis ini, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi siswa anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut
Tujuan Pembelajaran Aliran konstruktivisme lebih banyak menekankan tujuan pembelajaran pada belajar bagaimana belajar, dalam hal menciptakan pemahaman baru, yang menuntut aktivitas kreatif produktif dalam konteks nyata, yang mendorong seseorang untuk berpikir dan mendemonstrasikan apa yang telah atau sedang ia pelajari (Brooks & Brooks, 1993; Marzano, Pickering, & Mc Tighe, 1993). Dengan demikian, siswa diharapkan untuk dapat membangun atau menemukan ide-ide baru serta harus aktif dan kreatif dalam proses belajar dan pembelajaran secara konteks nyata. Hal tersebut tentunya akan membantu setiap siswa menjadi terdorong untuk mau berpikir dan mendemonstrasikan hasil pelajaran yang didapatnya di dalam proses belajar dan pembelajaran tersebut. Dengan demikian, tujuan pembelajarannya tidak bersifat penambahan pengetahuan sehingga belajar harus dilihat sebagai suatu aktifitas yang menuntut seseorang yang melakukan proses belajar untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes (Brooks & Brooks, 1993 dalam Degeng, 1998). Tujuan pembelajaran ditekankan pada belajar bagaimana belajar (learn how to learn) dalam teori pembelajaran konstruktivisme menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan – aturan lama dan merevisinya bila aturan tersebut tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar – benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus benar – benar bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide – ide.

Teori Belajar Kognitif


Teori belajar kognitif menjelaskan belajar berfokus pada perubahan-perubahan proses mental internalyang digunakan dalam upaya memahami dunia eksternal. Proses tersebut digunakan mulai  dari mempelajari tugas-tugas sederhana seperti memecahkan masalah matematika, atau tugas-tugas sederhana lainnya. Dengan demikian teori kognitip menekankan bahwa dalam proses belajar siswa aktif dalam mengembangkan pemahaman mereka sendiri tentang topic yang mereka pelajari.
Dari perspektif kognitif, belajar adalah perubahan dalam struktur mental seseorang yang memberikan kapasitas untuk menunjukkan perubahan perilaku. Struktur mental ini meliputi : pengetahuan, pengetahuan, keyakinan, keterampilan dan harapan. Teori belajar kognitif menekankan pentingnya proses mental seperti berfikir dan memfokuskan pada apa yang terjadi pada siswa. Proses ini memungkinkan siswa untuk menginterprestasi dan mengorganisir informasi secara aktif , inilah prinsif dasar teori kognitif.
Menurut psikologi kognitif belajar dipandang sebagai usaha untuk mengerti sesuatu. Usaha itu dilakukan secara aktif oleh siswa. Keaktifan itu dapat berupa mencari pengalaman, mencari informasi, mencermati lingkungan, mempraktekkan sesuatu untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Para psikolog pendidikan kognitif berkeyakinan bahwa pengetahuan yang dimiliki sebelumnya sangat menentukan keberhasilan mempelajari informasi atau pengetahuan yang baru.
teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses yang terjadi dalam akal pikiran manusia. Seperti juga diungkapkan oleh Winkel (1996: 53) bahwa “Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif dan berbekas”.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya belajar adalah suatu proses usaha yang melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses interaksi aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, ketrampilan dan nilai sikap yang bersifat relatif dan berbekas.
Implikasi teori perkembangan kognitif piaget dalam pembelajaran adalah :
a.  Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa , oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
b.  Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan dengan sebaik-baiknya.
c.  bahan yang dipelajari anak hendaknya dirasakan baru, tetapi tidak asing
d.  Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya
e.  Didalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.

Pengertian Teori Sibernetik


a.      Pengertian Teori Sibernetik
Menurut teori sibernetik, belajar adalah pengolahan informasi. Teori ini mempunyai kesamaan dengan teori kognitif yaitu mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar. Proses belajar memang penting dalam teori sibernetik, namun yang lebih utama lagi adalah sistem informasi yang akan dipelajari siswa. 
Asumsi lain dari teori sibernetik adalah bahwa tidak ada satu proses belajarpun yang ideal untuk situasi, dan yang cocok untuk semua siswa. Sebab cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi, sebuah informasi mungkin akan dipelajari oleh seorang siswa dengan satu macam proses belajar, dan informasi yang sama mungkin akan dipelajari siswa lain melalui proses belajar yang berbeda.
Proses belajar akan berjalan dengan baik jika apa yang hendak dipelajari atau masalah yang hendak dipecahkan diketahui ciri-cirinya. Suatu materi lebih tepat disajikan dalam urutan teratur, linier, sekuensial. Materi lainnya lebih tepat disajikan dalam bentuk terbuka dan memberi keleluasan kepada siswa untuk berimajinasi dan berfikir.Teori sibernetik sebagai teori belajar dikritik karena lebih menekankan pada sistem informasi yang akan dipelajari, sedangkan bagaimana proses belajar berlangsung dalam diri individu sangat ditentukan oleh sistem informasi yang dipelajari teori ini memandang manusia sebagai pengolahan informasi, pemikir, dan pencipta. Sehingga diasumsikan manusia mampu mengolah, menyimpan, dan mengorganisasikan informasi
b.      Aplikasi Teori Belajar Sibernetik dalam Kegiatan Pembelajaran .
Aplikasi teori belajar sibernetik dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana yang dikemukakan oleh Suciati dan Prasetya Irwan (2001) baik diterapkan dengan langkah-langkah sebagai berikut:                             .
1.Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran                            .
2.Menentukan materi pembelajaran                                  .
3.Mengkaji sistem informasi yang terkandung dalam materi pelajaran                             .
4.Menentukan pendekatan belajar yang sesuai dengan sistem informasi tersebut (apakah  algoritmik atau heuristik)                                                    .
5.Menyusun materi pelajaran dalam urutan yang sesuai dengan sistem informasinya.
6.Menyajikan materi dan membimbing siswa belajar dengan pola yang sesuai dengan urutan materi pelajaran.