Sabtu, 29 Oktober 2011

Pengertian teori belajar konstruktivisme




Adalah teori perkembangan mental Piaget. Teori ini biasa juga disebut teori perkembangan intelektual atau teori perkembangan kognitif. Teori belajar tersebut berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar, yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa. Setiap tahap perkembangan intelektual yang dimaksud dilengkapi dengan ciri-ciri tertentu dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan
Teori konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide.
Menurut teori konstruktivis ini, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi siswa anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut
Tujuan Pembelajaran Aliran konstruktivisme lebih banyak menekankan tujuan pembelajaran pada belajar bagaimana belajar, dalam hal menciptakan pemahaman baru, yang menuntut aktivitas kreatif produktif dalam konteks nyata, yang mendorong seseorang untuk berpikir dan mendemonstrasikan apa yang telah atau sedang ia pelajari (Brooks & Brooks, 1993; Marzano, Pickering, & Mc Tighe, 1993). Dengan demikian, siswa diharapkan untuk dapat membangun atau menemukan ide-ide baru serta harus aktif dan kreatif dalam proses belajar dan pembelajaran secara konteks nyata. Hal tersebut tentunya akan membantu setiap siswa menjadi terdorong untuk mau berpikir dan mendemonstrasikan hasil pelajaran yang didapatnya di dalam proses belajar dan pembelajaran tersebut. Dengan demikian, tujuan pembelajarannya tidak bersifat penambahan pengetahuan sehingga belajar harus dilihat sebagai suatu aktifitas yang menuntut seseorang yang melakukan proses belajar untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes (Brooks & Brooks, 1993 dalam Degeng, 1998). Tujuan pembelajaran ditekankan pada belajar bagaimana belajar (learn how to learn) dalam teori pembelajaran konstruktivisme menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan – aturan lama dan merevisinya bila aturan tersebut tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar – benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus benar – benar bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide – ide.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar